Dalam hubungan-hubungan yang kita jalin di kehidupan,
Setiap orang adalah guru bagi kita.
Ya, setiap orang. Siapapun mereka. Yang baik, juga yang jahat.
Betapapun yang mereka berikan kepada kita selama ini hanyalah luka, rasa sakit, kepedihan, dan aniyaya,
Mereka tetaplah guru-guru kita. Bukan karena mereka orang-orang yang bijaksana.
Melainkan karena kitalah yang sedang belajar untuk menjadi bijaksana.

Tetapi barangkali, kita justru adalah tanah yang paling gersang. Lebih gersang daripada sawah yang kerontang. Lebih cengkar dari lahan kering kemarau yang panjang. Lebih tandus dari padang rumput yang terbakar dan hangus. Maka bagi kit sang tanah gersang, selalu ada kesempatan menjadi murid yang bijaksana.
Seperti matahari yang tak hendak dekat-dekat bumi karena khawatir nyalanya bisa memusnahkan kehidupan. Seperti gunung api yang lahar panasnya tidak menjelma lahan subur, sejuk menghijau berwujud hutan.
Dan seperti batu cadas yangmemberikesempatan lumut untuk tumbuh di permukaannya. Dia izinkan sang lumut menghancurkan tubuhnya, melembutkan kekerasannya. Demi terciptanya butir-butir tanah. Semi tersedianya unsur hara agar pepohonan berbuah.
(Salim A Fillah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar